Saturday, December 31, 2022

Menghapal tanpa tahu artinya tak termasuk mempelajari Alquran

Menghafal Tanpa Tahu Artinya, Tak Termasuk Mempelajari Al-Qur’an! 

ibtimes.id/menghafal-tanpa-tahu-artinya-tak-termasuk-mempelajari-al-quran/ 

Amrizal Muchtar May 8, 2022 

Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel menarik tentang Musa, anak 7 tahun dari, dari Indonesia yang berhasil meraih juara 3 lomba menghafal Al-Qur’an di Mesir. Berita serupa sudah berkali-kali muncul di media, menunjukkan betapa berbakatnya anak-anak Indonesia dalam hal hafalan. 

Saya selalu terkagum-kagum dengan kemampuan anak-anak Indonesia dalam menghafal kitab suci ini. Kagum bercampur malu sih, karena di usia kepala empat, hafalan saya masih saja setengah juz amma. Pernah sih, dulu, bisa hafal juz 30, tapi sudah menguap karena jarang diulang.

1/3 

Anak Indonesia itu hebat-hebat lho! Bisa menghafal teks Arab yang mereka bahkan tidak tahu artinya, dalam usia sangat muda. Kemudahan untuk dipelajari atau dihafal memang merupakan salah satu keajaiban Al-Qur’an. 

Menjadi Hafizul Qur’an Sebagai Cita-Cita 

Beberapa tahun terakhir, menjadi hafiz atau penghafal Al-Qur’an menjadi salah satu cita cita populer orang tua terhadap anaknya. Begitu banyak sekolah penghafal Al-Qur’an yang dibuka. 

Biarpun hafalan si ortu sendiri masih cetek, mereka tetap punya semangat tinggi untuk mengarahkan bahkan memaksakan anaknya masuk ke sekolah tahfiz. Ada rasa kebanggaan ketika menjadi orang tua seorang hafiz. Begitu banyak keberkahan yang didapatkan oleh penghafal Al-Qur’an, seperti bisa mengangkat kehormatan kedua orang tuanya. 

Menghafal Al-Qur’an Tanpa Tahu Artinya 

Tentunya, kegiatan menghafal Al-Qur’an ini sangat positif. Akan tetapi yang menarik untuk dicermati adalah kebanyakan hafiz itu menghafal saja tanpa mengerti artinya. 

Ini belum pernah terjadi di zaman Rasululllah. Di mana saat itu, Islam belum menyebar ke negara-negara tidak berbahasa Arab. 

Tentunya, banyak penghafal Al-Qur’an di saat itu, tapi karena itu adalah bahasa mereka sendiri, jadi tidak ada masalah. Tapi setelah Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, ribuan hafiz tak mengerti arti bermunculan di mana-mana. Sepertinya Al-Qur’an memegang rekor sebagai buku terbanyak yang dihafal di seluruh dunia tanpa dimengerti artinya. 

Pada umumnya, proses pembelajaran dimulai dari kegiatan membaca, mengerti, menghafal, dan terakhir mengamalkan atau mengajarkan. Dalam konteks penghapalan Al-Qur’an di negara bukan berbahasa Arab, yang berjalan hanya dua yaitu membaca dan menghafal. 

Al-Qur’an memang adalah mukjizat yang diturunkan ke Nabi Muhammad. Salah satu keajaibannya adalah mudah dihapal tanpa dimengerti. Tapi itu tidak lantas membuat kita melupakan maknanya. 

Ada sebuah hadis yang berbunyi “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori). 

Menurut saya, menghafal tanpa mengerti artinya, tidaklah termasuk dalam hal mempelajari Al-Qur’an. Seperti halnya seorang anak balita yang bisa menghafal kalau 1+1 =2, tanpa mengerti konsepnya kenapa bisa seperti itu. Mempelajari adalah mengerti isinya dan bisa menganalisis logikanya.

2/3 

Memahami kata per kata Al-Qur’an adalah langkah awal untuk mengerti isinya. Memang sih ini bukan level tertinggi dari mempelajari kitab suci yaitu penafsiran. 

Setidaknya, ada dua cara yang bisa ditempuh untuk memahami kata per kata. Yang pertama adalah membaca langsung di mushafnya. Yang kedua adalah memahami bahasa Arab secara langsung. 

Tentunya yang kedua inilah yang tepat bagi seorang hafiz karena yang diharapkan dari seorang hafiz adalah penghafalan, bukan selalu “menyontek” ke mushaf. 

Program menghafal Al-Qur’an yang marak di mana-mana sudah sangat baik. Tapi alangkah baiknya juga didukung oleh program pemahaman bahasa Arab yang saat ini cenderung diabaikan. 

Bagi sekolah hafiz, buatlah program pembelajaran bahasa Arab yang intensif seperti halnya kursus bahasa Inggris. Menurut saya, justru memahami bahasa Arab harusnya lebih diutamakan daripada menghafal itu sendiri. 

Belajar Bahasa Arab Sebelum Menghafal Al-Qur’an 

Kalau ada yang beralasan Bahasa Arab itu susah, ya, lebih susah mana sih, daripada menghafal ratusan halaman Al-Qur’an tanpa tahu artinya? Saya rasa menghafal kosakata bahasa Arab dan tata bahasanya jauh lebih mudah. Bisalah diatur. 


Misalnya, dua tahun pertama di sekolah tahfiz, diintensifkan pelajaran bahasa Arab disertai penghafalan secukupnya. Baru setelah itu, diintensifkan penghafalan Al Qur’annya. 

Mungkin juga perlu diatur, ayat-ayat mana yang memang harus diprioritaskan untuk dihafal oleh anak-anak karena tidak semua isi Al-Qur’an bisa dipahami oleh anak walaupun kata per katanya dimengerti, seperti konsep warisan, dan masalah rumah tangga. Itu adalah ranahnya orang dewasa. 

Menghafal dengan mengerti bahasa Arab akan lebih memudahkan anak-anak. Hafalannya bisa lebih cepat dan bertahan lebih lama di memori, karena mereka bisa mengasosiasikan kalimat Al-Qur’an dengan benda-benda serta logika. 

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa hapalan Al-Qur’an sudah pasti akan membuat anak menjadi saleh. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Ada remaja tetangga saya yang juga hafiz, berulang kali masuk penjara karena kenakalannya. 

Bisa jadi karena dia cuma sekedar hafal saja tanpa memahami. Kita saja yang bisa memahami aturan lalu lintas dalam bahasa Indonesia kadang-kadang melanggar, apalagi kalau tidak paham kan? 

Editor: Yahya FR

3/3 


Mengurai Benang Kusut Resistensi Antibiotik

Mengurai Benang Kusut Resistensi Antimikroba

Oleh : Amrizal Muchtar

Dosen Mikrobiologi FK UMI


Pada tahun 2019, diperkirakan 1,2 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat kasus resistensi antimikroba. Karena pentingnya kesadaran akan ancaman ini di masa depan, maka WHO mengkampanyekan pekan ini, setiap tanggal 18-24 November, sebagai Pekan Kesadaran Antimikroba Dunia. Tahun ini, temanya adalah “Mencegah Resistensi Antimikroba secara Bersama-sama.”

 Menurut WHO, resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan sifat menjadi tidak lagi sensitif terhadap antimikroba sehingga membuat infeksi menjadi sulit ditangani dan akhirnya meningkatkan resiko penyebaran penyakit, kegawatan dan kematian. Penanganan resistensi ini memang bukan hal sederhana karena terpengaruh oleh beberapa pihak yaitu masyarakat, tenaga kesehatan, pemerintah, industri kesehatan, dan sektor agrikultural. Karena itu tanpa kekompakan nasional, resistensi antimikroba tidak akan bisa ditangani.

--oo--

Sebelum ditemukan antibiotik, jutaan orang meninggal akibat penyakit infeksi seperti pneumonia. Pada era perang dunia 1, Flemming, orang Skotlandia, adalah salah satu orang yang melakukan wajib militer. Di sana dia mengamati begitu banyak orang yang meninggal bukan karena luka perang, tapi karena infeksi pada luka tersebut. Dia kemudian memutuskan melakukan riset terhadap bakteri penyebab infeksi untuk menemukan obatnya.

Pada awal September 1928, dia lupa menutup cawan petri yang berisi bakteri Staphylococcus di laboratoriumnya pada saat dia pergi liburan. Tak disangka saat dia kembali dari liburan, tumbuh jamur di cawan tersebut. Dia mengamati ada satu bagian cawan yang ditumbuhi jamur yang tidak bisa ditumbuhi bakteri. Setelah diteliti lebih lanjut, dia menemukan kalau jamur tersebut ternyata adalah Penicillium notatum yang bisa menghasilkan antibiotik penisilin yang mematikan kuman. Inilah awal dari penemuan antibiotik pertama di dunia. Butuh 10 tahun untuk bisa mengumpulkan penisilin dalam jumlah besar. Menjelang perang dunia kedua, penisilin berhasil diproduksi secara besar-besaran sehingga bisa menyelamatkan ribuan nyawa. 

Ketika resistensi antimikroba total nanti terjadi, maka zaman akan kembali seperti masa di atas ketika antibiotik belum ditemukan. Ada antibiotik tapi tidak ada yang bisa membunuh kuman karena semuanya sudah kebal. Di situlah pastinya kepanikan global akan melanda karena jutaan korban akan jatuh akibat penyakit-penyakit seperti pneumonia yang saat ini masih bisa diobati.

Inilah yang ingin dicegah oleh WHO, jangan sampai terjadi dengan cepat. Resistensi antimikroba memang mau tidak mau pasti akan terjadi suatu saat mengingat tingginya tingkat mutasi yang terjadi pada bakteri, virus, jamur, dan parasit. Tapi kebiasaan masyarakat menggunakan antibiotik secara tidak rasional semakin mempercepat hal itu sedangkan penemuan obat antimikroba baru sangat lambat. 

–oo–

Kekompakan nasional yang meliputi masyarakat, sarana kesehatan, pemerintah, industri kesehatan, dan agrikultural harus bisa terjadi efektif.f untuk bisa memperlambat laju resistensi. Ini adalah tugas pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mengkoordinasi kerjasama ini.

Pemerintah harus membuat strategi jangka panjang untuk memperlambat angka kejadian resistensi antimikroba. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah memperbaiki pelaporan kasus resistensi obat di fasilitas kesehatan.

Saat ini semua rumah sakit sudah sering menguji resistensi obat terhadap kuman tertentu, tapi itu hanya untuk kepentingan institusi yang bersangkutan sendiri padahal keberadaan kuman bersifat global. Kuman yang resisten di Papua akan dengan mudah menjangkiti pasien di Jakarta dengan mudahnya mobilitas. Seperti halnya kasus Covid 19 yang awalnya hanya di China tapi bisa segera mendunia. Jadi sudah selayaknya laporan resistensi obat di suatu tempat bisa dikelola dalam suatu pelaporan daring dimana semua orang bisa mengaksesnya.

Tenaga kesehatan mencakup dokter dan apotek adalah dua pihak yang sangat sering tidak kompak di Indonesia terkait ini. Apoteker sering menjual obat antibiotik secara bebas tanpa ada resep dokter padahal sudah ada aturan PP no. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 24c yang melarang penjualan obat keras termasuk antibiotik tanpa resep dokter. Sebaliknya apotek juga sering komplain, kenapa dokter bisa memberikan obat antibiotik tanpa melalu apotek. Ini kembali lagi kepada penegakan tegas hukum yang ada. Saat ini pengawasan peredaran narkotika sudah lebih bisa diatur ketimbang antibiotik. Padahal kedua jenis obat tersebut diatur dalam aturan yang sama.

Industri kesehatan juga memegang peranan penting karena penemuan obat antibiotika baru sangat mendesak. Diperlukan investasi besar-besaran untuk meriset obat baru sehingga jangan kalah cepat dari laju resistensi obat. Sektor agrikultural juga tidak kalah penting, karena antimikroba juga dipakai di hewan dan tumbuhan, sehingga pengawasannya juga harus bersamaan. (AMR)





Monetisasi sosial media untuk kepentingan pendidikan

Monetisasi Sosial Media untuk Kepentingan Pendidikan


 Penulis: Amrizal Muchtar


Saat ini, pandemi Covid-19 telah merevolusi beberapa sistem sosial kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satunya adalah di bidang pendidikan. Pandemi mengubah sistem pembelajaran anak sekolah dari sistem tatap muka ke sistem pembelajaran daring secara tiba-tiba. Tentu saja, harus diakui bahwa pembelajaran tatap muka jauh lebih baik. Namun apa daya, demi alasan kesehatan kita tetap harus  menerapkan   pembelajaran dari rumah.

Di bawah kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, telah banyak diterapkan ide-ide kreatif untuk mengefektifkan sistem pembelajaran daring ini. Salah satu ide yang cukup menarik untuk di dilakukan adalah monetisasi sosial media seperti Youtube oleh pemerintah dan hasil keuntungannya dimanfaatkan untuk menambah dana pendidikan siswa di Indonesia.

Saat ini hampir semua lembaga pendidikan menggunakan aplikasi video konferensi sebagai sarana komunikasi dalam sistem daring seperti software Zoom dan Microsoft teams. Keunggulan dari software ini adalah bisa menyajikan sistem pengajaran interaktif   mirip seperti sistem tatap muka tapi dari jarak jauh. 

Peluang di tengah Bencana

Walaupun aplikasi video konferensi sangat berjasa, sebenarnya sosial media Youtube menawarkan beberapa peluang luar biasa yang bagus untuk membantu proses pembelajaran daring dalam dunia pendidikan kita. Salah satu peluang besar adalah melakukan monetisasi YouTube untuk dana pendidikan.

Kita tahu bahwa youtube adalah aplikasi berbagi video yang bisa menghasilkan uang bagi pembuat kontennya. Saat ini youtuber dengan penghasilan tertinggi di Indonesia adalah Deddy Corbuzier. Artis ini, berdasarkan data Social Blade pada 10 Agustus 2021, mendapatkan penghasilan Rp 338 juta -.5,3 milyar per bulan dengan jumlah penonton rata-rata 93 juta orang per bulan.

Bagaimana kalau Departemen Pendidikan juga mengolah sebuah channel pendidikan terpusat yang berisi seluruh materi pelajaran di Indonesia, mewajibkan para siswa belajar dari situ dan kemudian memonetisasinya   dan hasilnya dikembalikan ke pelajar, mahasiswa atau pengajar sebagai dana segar untuk pendidikan?

         Menurut data kemendikbud, pada tahun 2020, ada 25,2 juta pelajar di Indonesia. Dengan asumsi bahwa apabila 50 % dari semua pelajar tersebut belajar dari satu chanel youtube departemen pendidikan selama minimal 4 jam setiap harinya dan 25 hari setiap bulannya maka akan ada minimal 1,25 milyar views dari seluruh pelajar Indonesia. Dengan asumsi perhitungan yang serupa dengan penghasilan dari Deddy Corbuzier maka potensi dana pendidikan yang bisa didapatkan setiap bulannya adalah Rp 4,5 milyar- Rp 71 milyar. Sungguh dana yang sangat besar yang bisa diperoleh tanpa memberatkan keuangan negara. Dana ini bisa dipakai untuk menyediakan koneksi internet secara gratis bagi orang-orang di wilayah terpencil yang yang belum memiliki infrastruktur komunikasi yang bagus. Ini juga bisa dipakai untuk membelikan ribuan HP pintar kepada masyarakat yang kurang mampu sehingga ancaman putus sekolah bisa diminimalisir.

   Tentunya ini  membutuhkan organisasi atau manajemen channel YouTube yang profesional dan juga upaya sentralisasi materi bahan pendidikan di seluruh Indonesia. Sebenarnya kurikulum yang sama yang berlaku di seluruh Indonesia sangat memungkinkan sentralisasi pendidikan melalui YouTube. Materi pelajaran yang diajarkan di tingkatan kelas yang sama  harusnya adalah serupa karena kurikulumnya sama. Jadi bisa dibuatkan  satu materi pembelajaran untuk topik tertentu oleh guru yang dipilih memiliki cara penyampaian materi yang menarik dan mudah dimengerti. Dengan target penonton pada tingkatan kelas tertentu dan  dengan manajemen  yang bagus maka akan ada ada ratusan materi pelajaran yang baik di channel YouTube tersebut yang akan mengundang miliaran penonton (view) setiap bulannya dan menghasilkan dana pendidikan yang luar biasa jumlahnya.

Lantas bagaimana peranan dari sekolah-sekolah lokal yang ditempati oleh siswa yang belajar daring? Tentu saja tetap masih ada. Penyampaian dengan mediasi YouTube yang yang sistemnya tidak  interaktif  bisa saja  akan lebih susah dimengerti dibanding yang interaktif. Disinilah peran sekolah lokal untuk menambahkan  pertemuan tambahan  kepada siswa  yang sudah menonton pembelajaran via media YouTube lewat media aplikasi konferensi video seperti Zoom atau Microsoft teams. 

Kelebihan YouTube tidak hanya dari peluang monetisasinya. Dibandingkan aplikasi interaktif seperti Zoom, efektivitas YouTube dalam pembelajaran daring bisa lebih baik. Aplikasi konferensi interaktif seperti Zoom hanya bisa dipakai di satu waktu tertentu sesuai kesepakatan waktu antara guru dengan murid. Tapi untuk YouTube, ini bisa di nonton kapanpun si murid memiliki waktu. YouTube sebenarnya juga memiliki fasilitas interaktif tapi berupa komentar. Jadi, jika ada yang bingung tentang materi pelajarannya bisa langsung di komentar. Apabila ternyata banyak pertanyaan serupa yang muncul maka admin dari channel tersebut bisa membuat satu video khusus untuk pertanyaan tersebut.

Kekurangan dari aplikasi Zoom dan sejenisnya adalah ini membutuhkan kecepatan internet yang kuat karena bersifat interaktif dan ini tidak semua tersedia di seluruh pelosok Indonesia. YouTube memiliki fleksibilitas dalam hal resolusi, sehingga untuk yang memiliki kecepatan internet lambat bisa memilih menonton video dengan resolusi yang yang rendah.  Untuk lokasi dengan  kecepatan internet tidak stabil pada saat-saat tertentu, maka videonya nya bisa didownload pada saat kecepatan internet lagi bagus dan di nonton tanpa perlu kuota internet. Untuk daerah yang sama sekali tidak memiliki jaringan internet, maka bisa dibantu dengan menaruh video tersebut dalam suatu DVD dan kemudian dikirimkan lewat pos ke area tersebut. 


Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi kepada seluruh pihak. 

 

*Penulis adalah Dosen di Universitas Muslim Indonesia, Mengambil Program PhD di Jepang










Mirna kombinasi untuk deteksi kanker paru


Mirna Kombinasi untuk Deteksi Dini Kanker Paru

Oleh : Amrizal Muchtar


Banyak sekali orang meninggal karena kanker yang terlambat dideteksi. Ria Irawan meninggal karena kanker kelenjar getah bening. Chrisye karena kanker paru.  Steve Jobs karena kanker pankreas. 

Menurut situs resmi Union for International Cancer Control, tema hari kanker tahun 2022 ini adalah “Hentikan Kesenjangan dalam Perawatan”. Pada tulisan ini, penulis ingin fokus kepada kanker paru dan deteksi dininya.

Kanker paru di Indonesia menduduki peringkat ketiga kanker terbanyak. Pada tahun 2020, terdapat 34.783 kasus kanker paru. Ini tidak mengherankan mengingat besarnya populasi perokok aktif di Indonesia. 

Kanker paru memiliki beberapa stadium keparahan dari stadium 1-4. Saat kanker masih stadium 1, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun, mencapai 80 persen. Sayangnya, stadium 1 sering ini tidak bergejala sehingga jarang terdeteksi sampai akhirnya terlanjur parah ke stadium berikutnya. Seiring memburuknya stadium, peluang kesembuhannya hanya 37% untuk stadium 3, dan 6 % untuk stadium 4.. 

Deteksi dini kanker paru selama ini masih jauh dari harapan. Selama ini, penggunaan CT scan sebagai detektor dini memiliki banyak kekurangan seperti spesifisitas yang rendah dan jumlah alat yang masih sangat terbatas.

Salah satu penemuan yang cukup menjanjikan adalah ditemukannya microRNA (miRNA) kombinasi yang punya tingkat keakuratan tinggi mencapai 99 % pada suatu penelitian di Jepang. Menurut pengalaman penulis selama melakukan penelitian di Jepang, pengukuran kadar miRNA dari sampel tubuh seorang manusia relatif sangat mudah. Caranya sangat mirip dengan pengukuran PCR biasa pada pasien COVID, dan  membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja.

MiRNA adalah asam nukleat RNA yang tidak mengkode protein  yang tersebar dan bersifat stabil di dalam tubuh manusia dan makhluk lain, seperti di dalam darah, plasma, serum, atau sputum. Ini pada dasarnya berfungsi untuk meregulasi aktivitas gen dalam tubuh seperti mengontrol  ekspresi protein tertentu. Pada kasus kanker tertentu, ekspresi beberapa miRNA akan meningkat drastis sehingga bisa menjadi penanda atau biomarker potensial untuk beberapa jenis kanker. 

Keisuke Asakura dalam penelitian yang dimuat di jurnal Communications Biology pada tahun 2020 membuat proyek penelitian nasional di Jepang yang diberi nama Development and Diagnostic Technology for Detection of miRNA in Body Fluids yang bertujuan untuk menganalisa profil ekspresi miRNA pada 13 tipe kanker termasuk kanker paru.

Keisuke kemudian menganalisa data microarray miRNA dari 1698 sampel serum  pasien kanker dan 207 non kanker dari  Pusat Kanker Nasional BioBank dan 1998 sampel serum  non kanker dari Klinik Minoru Yokohama. Awalnya dia berhasil menemukan 2588 data miRNA penting yang kemudian setelah diolah menyusut menjadi 406 data miRNA yang bisa dibandingkan antara pasien kanker dan non kanker. 

Profil 406 data miRNA kemudian dianalisa pada masing-masing 208 sampel pasien kanker dan non kanker. Mereka menemukan memang ada peningkatan signifikan beberapa miRNA tunggal pada pasien kanker dengan sensitivitas 93,3 % dan spesifisitas 88.5 %. Ketika menganalisa pola kombinasi miRNA, ditemukan dua miRNA, yaitu miR-1268b dan miR-6075,  selalu meningkat di sampel pasien kanker paru dengan sensitivitas  99.0 % dan spesifisitas 99,0 %. 

Proses selanjutnya adalah menganalisa lebih lanjut kadar atau ekspresi dua kombinasi miR-128b dan miR-6075 pada berbagai stadium kanker paru. Ternyata keduanya juga terekspresi di semua stadium kanker paru termasuk stadium awal. 

Penemuannya menjadi lebih menarik ketika mereka membandingkan ekspresi  kedua miRNA tersebut pada pada sampel pasien sebelum dan sesudah operasi pengangkatan jaringan kanker. Sebelum operasi, kadar atau ekspresi dari kombinasi miR-128b dan miR-6075 adalah 0,98  + 0,82. Menurun drastis menjadi -4.30 + 1.15, 60 hari  setelah operasi. Penemuan ini mengindikasikan bahwa kedua miRNA ini terkait erat dengan jaringan kanker dan  memiliki potensi besar untuk menjadi penanda atau biomarker kanker paru tahap dini. 

Penelitian miRNA terkait kanker memang sudah lama dilakukan dan  sering mendapatkan hasil yang bermakna. Skrining kanker dengan hanya menggunakan CT scan dosis rendah memiliki angka positif palsu yang tinggi mencapai 64 % yang mana sering mengharuskan pemeriksaan susulan yang tidak penting seperti CT scan ulang dan biopsi paru invasif yang tentunya sangat memakan biaya besar. Tapi kombinasi CT scan dosis rendah dan pemeriksaan profil miRNA juga terbukti menurunkan angka positif palsu di atas menjadi lima kali lipat lebih rendah. 

Tentunya penelitian ini masih membutuhkan pengkajian dan penelitian susulan yang lebih dalam, tapi ini adalah harapan besar untuk menurunkan jumlah kematian  akibat kanker paru di seluruh dunia dan mengurangi prosedur diagnostik yang tidak diperlukan. Deteksi dini kanker paru dengan menggunakan profil miRNA bisa dilakukan dimana-mana dengan hanya menggunakan alat PCR yang tentunya jauh lebih murah dan efektif dibandingkan penggunaan CT scan. (AMR)



Friday, January 21, 2022

Saat terjadi Syok Anafilaktik, siapa yang salah?

Penulis : dr. Amrizal Muchtar


Saat ini, klinik sunat sudah ada di mana-mana. Ada klinik sunat di Makassar, di Jakarta, di Surabaya, di Kendari, dan di banyak tempat. Standar operasinya hampir semua sama dengan menggunakan obat anestesi seperti lidokain, dan obat pasca sunat seperti antibiotik dan antinyeri.


Penggunaan obat tersebut beresiko menimbulkan beberapa efek samping salah satunya alergi. Umumnya alergi obat tidak berbahaya kecuali satu, yaitu syok anafilaktik.

Ini adalah reaksi alergi  serius yang kejadiannya  cepat dan dapat menyebabkan kematian karena sering melibatkan gangguan pernapasan dan peredaran darah.


Memang anafilaksis  paling sering disebabkan oleh makanan, sengatan lebah, lateks dan beberapa zat lain. Tapi dalam hal ini kita fokus pada obat, baik obat suntikan maupun obat oral. Contoh obat yang paling sering menyebabkan reaksi anafilaksis adalah antibiotik (misalnya penisilin, dan golongan sulfonamida), NSAID (misalnya asam mefenamat, dan ibuprofen), aspirin, protamin, dan obat anestesi (misal : lidokain).


Ketika terjadi reaksi anafilaktik, apakah tenaga medisnya yang harus disalahkan?


Ternyata tidak selalu. Tenaga medis bisa salah ketika lupa menanyakan riwayat alergi pada pasien. Atau  bisa juga kalau pasien sudah mengatakan riwayat alerginya yang berat, dan tenaga medisnya kurang perhatian atau sengaja memberikan obat tersebut ke pasiennya.


Keluarga atau pasien juga bisa salah ketika dia tidak menyatakan riwayat alerginya yang berat ke pasiennya dikarenakan lupa atau alasan lain. 


Selain dari itu, tidak ada yang bisa disalahkan. Menurut data tahun 1997, dari laporan 5 tahunan anafilaktik pada anak, didapatkan bahwa 69 % kasus anak yang pernah mengalami reaksi anafilaksi tidak memiliki riwayat alergi terhadap agen penyebab. Artinya belum diketahui bahwa anak tersebut punya alergi terhadap suatu obat tertentu.


Yang paling penting sebenarnya adalah penatalaksanaan segera pada pasien syok anafilaktik. Epinefrin atau adrenalin adalah satu obat yang harus tersedia di suatu pusat pelayanan kesehatan baik klinik sunat tempat praktek dokter pribadi, maupun yang puskesmas. Berikut adalah tata laksana yang bisa   dilakukan menurut artikel dari Zakiudin Munasir pada buku Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXI





 


Friday, December 20, 2019

Belajar bahasa Inggris

Part 1 (2019/12/20)

  1. Replenish = terisi kembali
  2. Underlying = di bawah sesuatu
  3. Deplete = mengurangi
  4. Senescence = menjadi tua
  5. negligible = tidak penting
  6. stealth = sembunyi-sembunyi
  7. perturbation = gangguan/kekacauan

Saturday, September 7, 2019

Japanese Renshuu 20190831

 

1

Hihan

Klaim

2

hitorigurashi

Hitorigurashi wa sabishikatta

3

Makkura

 

 

 

Sent from Mail for Windows 10

 

Menghapal tanpa tahu artinya tak termasuk mempelajari Alquran

Menghafal Tanpa Tahu Artinya, Tak Termasuk Mempelajari Al-Qur’an!  ibtimes.id/menghafal-tanpa-tahu-artinya-tak-termasuk-mempelajari-al-quran...